Seakan sudah jadi hukum alam, keanehan yang terjadi pada tanaman hias, termasuk sansevieria, membuat jenis mutasi berharga mahal. Namun tak selamanya, alasan itu menyebabkan mutasi berharga mahal. Gengsi karena memiliki jenis ‘hanya’ satu-satunya itu, membuat harga kian melambung.
Pengalaman itu mungkin salah satunya dialami oleh Listyo Bramantyo – Pebisnis Sansevieria di Jogjakarta. Beberapa jenis sansevierianya memiliki cacat sekaligus membuatnya unik, yaitu munculnya warna kuning dan putih pada beberapa jenis sansevieria giant.
“Beberapa orang sempat menawar koleksi langka ini. Namun hingga saat ini, kita belum berani membuka harga, karena minimnya koleksi, membuat jenis ini untuk dikoleksi sendiri terlebih dulu,” ujar Listyo.
Warna kuning dan putih itu muncul seragam dengan motif horisontal. Namun demikian, warna hijau dan hitam masih jadi latar belakang yang khas dari jenis trivaciata asal Afrika itu. Kecacatan yang berakhir pada keunikan ini, membuat jenis ini belum berbandrol hingga sekarang.
Kenapa Sansevieria Berubah Bentuk?
Cacat pada sansevieria atau tanaman lainnya adalah hal wajar, bahkan itu juga sering terjadi di setiap makluk hidup lain. Hanya keunikan sifat yang nyleneh, membuat hal itu sering dinanti pecinta tanaman hias muncul pada tanaman jagoannya.
Menurut Arie W Kusuma, Dosen Pertanian Agronomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogjakarta, perubahan warna dan bentuk tanaman pada dasarnya hal normal. Tak hanya tanaman, dalam penyusunan DNA (penyusun kromosom), tak jarang mahkluk hidup selalu mengalami kecelakaan atau penyusunan yang tak berjalan normal, akhirnya terjadi perubahan sifat.
“Gejala mutasi tak sama antara satu tanaman dengan yang lain. Sebab, biasanya hal ini terjadi akibat gejala genetik,” imbuh Arie. “Dalam sel makluk hidup, biasa tersusun dengan rangkaian DNA yang saling membangun. Normalnya, DNA itu tersusun secara normal dengan struktur yang sesuai,” tambahnya.
Hanya susunan tersebut tak selalu berjalan lancar. Pasalnya, beberapa bagian sering tersusun secara nyleneh. Susunan terbalik atau bagian yang tersusun random adalah beberapa contoh diantaranya. Itu yang akhirnya mengakibatkan kelainan atau istilah kita mutasi. Banyak perubahan yang bermuara dalam mutasi tanaman. Umumnya mulai dari warna, bentuk, penampilan, dan proses tumbuh-kembang (umumnya dalam ukuran normal tanaman tumbuh cepat atau malah tumbuh lambat).
“Perubahan atau mutasi tanaman yang terbentuk, karena rangkaian susunan DNA yang kurang tepat, pada dasarnya sering mengakibatkan dampak buruk sekaligus negatif. Sebab, di saat beberapa tanaman yang bermutasi memiliki estetika lebih, lainnya justru mengalami perpendekan usia atau mati,” ujar Arie.
Jika mengutip pendapat Arie dalam bukunya bertajuk Sansevieria, mutasi pada tanaman biasanya dibagi jadi beberapa kelompok, yaitu mutasi morfologi, letal, kondisional, biokimia, dan mutasi resistensi.
Mutasi morfologi adalah mutasi yang bisa dilihat dengan ciri perubahan pada bentuk, warna dan ukuran daun yang berubah dari induknya. Mutasi ini sering dijumpai pada sansevieria dan tanaman lain. Pada sansevieria mutasi ini ditandai dengan warna daun hijau bergaris kuning berubah jadi kuning polos.
Mutasi letal adalah perubahan yang bersifat negatif, karena ini sering berakibat pada kematian (letal). Itu sering terjadi ketika sansevieria di-stek. Ada juga mutasi kondisional. Itu sering terjadi akibat pengaruh lingkungan (kondisi). Anthurium black beauty misalnya, di daerah dingin, mutasi warna jenis ini akan muncul. Tapi sebaliknya, di daerah panas, mutasi jenis yang sama tak muncul, bahkan sulit.
Ada juga jenis mutasi biokimia. Mutasi ini biasa disebabkan oleh bahan-bahan yang merusak tanaman, sehingga tanaman berakibat negatif, dengan ditandai struktur bagian tertentu jadi kurang menarik, kriting, lemas, berubah warna tua, dan kering adalah contoh yang sering terjadi. Namun hal ini bisa diminimalisir dengan pemberian nutrisi yang baik.
Terakhir adalah mutasi resistensi. Mutasi ini biasanya disebabkan oleh nutrisi atau bahan biokimia yang lain, seperti kolkisin atau irradiasi sinar gama. Mutasi ini bersifat resistan, karena perubahan atau tetap. Jumlah kromoson yang terlibat tersusun secara terbalik, berkurang atau bertambah. Banyak yang sering bertanya, bisakah mutasi dibentuk?
Dan dari keterangan Arie, hal itu sangat mungkin dilakukan, yaitu dengan metode penggunaan bio kimia. Biasanya hal itu dilakukan dengan latar belakang ilmu yang cukup. Sebab, metode ini menggunakan perhitungan dan proses pengukuran bahan yang tepat. [adi]
Pasar Mutasi Tetap Menarik
Meski memiliki populasi sedikit, tapi sansevieria mutasi tak mempunyai pasar yang besar. Selain harga lebih tinggi, produk yang dijual juga terbatas. Jadi bila dibandingkan dengan produk normal, jenis mutasi mengisi sangat kecil. Tapi bila dilihat dari nilai rupiah yang dihasilkan, bisa jadi produk mutasi lebih menguntungkan.
Pebisnis Sansevieria di Surabaya – Budi Wibowo, mengaku kalau saat ini memang untuk jenis mutasi mempunyai banyak peminat. Sebagai ilustrasi, dikatakan kalau dari semua produk mutasi, terutama yang permanen begitu ditawarkan pasti ada pembeli.
“Jadi berapapun barang mutasi, pasti bisa terjual,” tandas Budi.
Sayangnya, populasi jenis mutasi sangat sedikit, bahkan bisa di atas 1:100. Jadi meski menjanjikan, keuntungan besar tetap tak bisa dikejar atau dipastikan. Sebab dari harga mahal, pembelinya dari kalangan tertentu saja. Lagi pula tak semua jenis mutasi mempunyai harga mahal, karena tetap bergantung dari jenisnya.
Contohnya, untuk jenis laurentii normal setidaknya harga jual berkisar di angka Rp 10 ribu. Namun saat jadi mutasi, jenis berdaun lebar ini paling tidak bisa mendatangkan uang hingga Rp 150 ribu. Berlipat hingga 10-20 kali jadi hal wajar, karena memang jadi barang langka.
Contoh lain dari jenis yang mahal adalah giant yang punya harga pasaran sekitar Rp 75 ribu setiap daunnya. Saat warna mengalami mutasi atau variegata jadi putih, jangan kaget bila penjual akan melepas dengan harga Rp 2 juta. Cukup menggiurkan dan tentunya punya prospek usaha besar.
Tapi jangan harap keuntungan besar bisa dicapai dengan mudah, karena baik dari petani, tengkulak maupun pedagang tak akan mudah untuk melepaskannya. Tak kalah penting juga adalah dimana lokasi berjualan, karena antara lokasi outdoor dan indoor jelas berbeda, termasuk di lapangan atau di dalam mall.
Menariknya, pasar sansevieria mutasi juga diungkapkan oleh Hadi – pebisnis yang banyak menjual produk mutasi. Tapi jenis yang dimiliki relatif mempunyai harga terjangkau, sehingga meski mutasi, tapi di tingkat pembeli harga masih bisa dipahami. Salah satunya untuk jenis vutura mutasi yang dijualnya Rp 275 ribu. Angka ini tentu tak terlalu mahal, tapi kelas pasar yang diambil akan lebih besar. Jadi secara kasar, keuntungan sedikit, tapi kuantitas besar. Secara kauntitas pun jumlahnya tak sampai 10% dari produk normal. [wo2k]
Pengalaman itu mungkin salah satunya dialami oleh Listyo Bramantyo – Pebisnis Sansevieria di Jogjakarta. Beberapa jenis sansevierianya memiliki cacat sekaligus membuatnya unik, yaitu munculnya warna kuning dan putih pada beberapa jenis sansevieria giant.
“Beberapa orang sempat menawar koleksi langka ini. Namun hingga saat ini, kita belum berani membuka harga, karena minimnya koleksi, membuat jenis ini untuk dikoleksi sendiri terlebih dulu,” ujar Listyo.
Warna kuning dan putih itu muncul seragam dengan motif horisontal. Namun demikian, warna hijau dan hitam masih jadi latar belakang yang khas dari jenis trivaciata asal Afrika itu. Kecacatan yang berakhir pada keunikan ini, membuat jenis ini belum berbandrol hingga sekarang.
Kenapa Sansevieria Berubah Bentuk?
Cacat pada sansevieria atau tanaman lainnya adalah hal wajar, bahkan itu juga sering terjadi di setiap makluk hidup lain. Hanya keunikan sifat yang nyleneh, membuat hal itu sering dinanti pecinta tanaman hias muncul pada tanaman jagoannya.
Menurut Arie W Kusuma, Dosen Pertanian Agronomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogjakarta, perubahan warna dan bentuk tanaman pada dasarnya hal normal. Tak hanya tanaman, dalam penyusunan DNA (penyusun kromosom), tak jarang mahkluk hidup selalu mengalami kecelakaan atau penyusunan yang tak berjalan normal, akhirnya terjadi perubahan sifat.
“Gejala mutasi tak sama antara satu tanaman dengan yang lain. Sebab, biasanya hal ini terjadi akibat gejala genetik,” imbuh Arie. “Dalam sel makluk hidup, biasa tersusun dengan rangkaian DNA yang saling membangun. Normalnya, DNA itu tersusun secara normal dengan struktur yang sesuai,” tambahnya.
Hanya susunan tersebut tak selalu berjalan lancar. Pasalnya, beberapa bagian sering tersusun secara nyleneh. Susunan terbalik atau bagian yang tersusun random adalah beberapa contoh diantaranya. Itu yang akhirnya mengakibatkan kelainan atau istilah kita mutasi. Banyak perubahan yang bermuara dalam mutasi tanaman. Umumnya mulai dari warna, bentuk, penampilan, dan proses tumbuh-kembang (umumnya dalam ukuran normal tanaman tumbuh cepat atau malah tumbuh lambat).
“Perubahan atau mutasi tanaman yang terbentuk, karena rangkaian susunan DNA yang kurang tepat, pada dasarnya sering mengakibatkan dampak buruk sekaligus negatif. Sebab, di saat beberapa tanaman yang bermutasi memiliki estetika lebih, lainnya justru mengalami perpendekan usia atau mati,” ujar Arie.
Jika mengutip pendapat Arie dalam bukunya bertajuk Sansevieria, mutasi pada tanaman biasanya dibagi jadi beberapa kelompok, yaitu mutasi morfologi, letal, kondisional, biokimia, dan mutasi resistensi.
Mutasi morfologi adalah mutasi yang bisa dilihat dengan ciri perubahan pada bentuk, warna dan ukuran daun yang berubah dari induknya. Mutasi ini sering dijumpai pada sansevieria dan tanaman lain. Pada sansevieria mutasi ini ditandai dengan warna daun hijau bergaris kuning berubah jadi kuning polos.
Mutasi letal adalah perubahan yang bersifat negatif, karena ini sering berakibat pada kematian (letal). Itu sering terjadi ketika sansevieria di-stek. Ada juga mutasi kondisional. Itu sering terjadi akibat pengaruh lingkungan (kondisi). Anthurium black beauty misalnya, di daerah dingin, mutasi warna jenis ini akan muncul. Tapi sebaliknya, di daerah panas, mutasi jenis yang sama tak muncul, bahkan sulit.
Ada juga jenis mutasi biokimia. Mutasi ini biasa disebabkan oleh bahan-bahan yang merusak tanaman, sehingga tanaman berakibat negatif, dengan ditandai struktur bagian tertentu jadi kurang menarik, kriting, lemas, berubah warna tua, dan kering adalah contoh yang sering terjadi. Namun hal ini bisa diminimalisir dengan pemberian nutrisi yang baik.
Terakhir adalah mutasi resistensi. Mutasi ini biasanya disebabkan oleh nutrisi atau bahan biokimia yang lain, seperti kolkisin atau irradiasi sinar gama. Mutasi ini bersifat resistan, karena perubahan atau tetap. Jumlah kromoson yang terlibat tersusun secara terbalik, berkurang atau bertambah. Banyak yang sering bertanya, bisakah mutasi dibentuk?
Dan dari keterangan Arie, hal itu sangat mungkin dilakukan, yaitu dengan metode penggunaan bio kimia. Biasanya hal itu dilakukan dengan latar belakang ilmu yang cukup. Sebab, metode ini menggunakan perhitungan dan proses pengukuran bahan yang tepat. [adi]
Pasar Mutasi Tetap Menarik
Meski memiliki populasi sedikit, tapi sansevieria mutasi tak mempunyai pasar yang besar. Selain harga lebih tinggi, produk yang dijual juga terbatas. Jadi bila dibandingkan dengan produk normal, jenis mutasi mengisi sangat kecil. Tapi bila dilihat dari nilai rupiah yang dihasilkan, bisa jadi produk mutasi lebih menguntungkan.
Pebisnis Sansevieria di Surabaya – Budi Wibowo, mengaku kalau saat ini memang untuk jenis mutasi mempunyai banyak peminat. Sebagai ilustrasi, dikatakan kalau dari semua produk mutasi, terutama yang permanen begitu ditawarkan pasti ada pembeli.
“Jadi berapapun barang mutasi, pasti bisa terjual,” tandas Budi.
Sayangnya, populasi jenis mutasi sangat sedikit, bahkan bisa di atas 1:100. Jadi meski menjanjikan, keuntungan besar tetap tak bisa dikejar atau dipastikan. Sebab dari harga mahal, pembelinya dari kalangan tertentu saja. Lagi pula tak semua jenis mutasi mempunyai harga mahal, karena tetap bergantung dari jenisnya.
Contohnya, untuk jenis laurentii normal setidaknya harga jual berkisar di angka Rp 10 ribu. Namun saat jadi mutasi, jenis berdaun lebar ini paling tidak bisa mendatangkan uang hingga Rp 150 ribu. Berlipat hingga 10-20 kali jadi hal wajar, karena memang jadi barang langka.
Contoh lain dari jenis yang mahal adalah giant yang punya harga pasaran sekitar Rp 75 ribu setiap daunnya. Saat warna mengalami mutasi atau variegata jadi putih, jangan kaget bila penjual akan melepas dengan harga Rp 2 juta. Cukup menggiurkan dan tentunya punya prospek usaha besar.
Tapi jangan harap keuntungan besar bisa dicapai dengan mudah, karena baik dari petani, tengkulak maupun pedagang tak akan mudah untuk melepaskannya. Tak kalah penting juga adalah dimana lokasi berjualan, karena antara lokasi outdoor dan indoor jelas berbeda, termasuk di lapangan atau di dalam mall.
Menariknya, pasar sansevieria mutasi juga diungkapkan oleh Hadi – pebisnis yang banyak menjual produk mutasi. Tapi jenis yang dimiliki relatif mempunyai harga terjangkau, sehingga meski mutasi, tapi di tingkat pembeli harga masih bisa dipahami. Salah satunya untuk jenis vutura mutasi yang dijualnya Rp 275 ribu. Angka ini tentu tak terlalu mahal, tapi kelas pasar yang diambil akan lebih besar. Jadi secara kasar, keuntungan sedikit, tapi kuantitas besar. Secara kauntitas pun jumlahnya tak sampai 10% dari produk normal. [wo2k]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar