Pendidikan Gizi, yang dimaksud dengan pendidikan disini adalah tindakan dan usaha untuk merubah pikiran serta sikap manusia sesuai dengan tujuan pendidikan terseut.
Sorang dokter memberikan nasehat kepada seorang pasien, sebetulnya dengan sadar ataupun tidak sadar sedang melakukan salah satu tindakan ”Pendidikan”. Dan bila yang menjadi pokok pembicaraan mengenai hal-hal yang tecakup dalam Lapangan Ilmu Gizi, maka dengan sendirinya proses ”Pendidikan Gizi” yang sedang berlangsung antara dokter tersebut dengan pasiennya.
Sering kali kita mendengar ”Apakah kita harus belajar untuk memilih makanan kita ?” Apakah tidak dengan sendirinya makanan sehari-hari yang kita pilih menurut selerah dan keadaan lapar itu dapat memenuhi kebutuhan tubuh kita ? Dan tidak jarang pulah orang beranggapan bahwa asal keadaan ekonomi baik, maka makanan kita tentu dengan sendirinya akan baik pula.
Menuru pendapat para peneliti, binatang secara naluri dapat memilih makanannya sesuai dengan kebutuhan tubuhnya dan ia akan menyusi makanan yang sama setiap harinya terus menerus setiap harinya.
Baimana halnya dengan manusia ? Pada makanan bayi, selera makan ditentukan terutama oleh mekanisme faal, kemudian berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan hidupnya dan akhirnya terbentuk suatu kebiasaan serta sikap tertentu terhadap makanan. Demikianlah kita mengenal berbagai pola makanan menurut golongan masyarakat, menurut suku bangsa.
Pada manusia perihal makanan sangat sulit. Makanan bukan hanya menhjadi kebutuhan jasmani saja, tapi juga merupakan kebutuhan sosial serta kebutuhan kejiwaan. Seorang ibu tidak mau menyuguhkan sayur kangkung dalam pesta, karena tidak mau dia menjadi buah mulut yang tidak sedap dari tamu-amunya, walaupun dia tau bahwa daun kangkung itu lebih baik nilai gizinya daripada daging kelinci.
Larangan oleh agama dan takhyul merupakan faktor yang paling penting pula dalam kebiasaan makanan. Orang Islam tidak makan daging babi, penganut agama Hindu tidak makan daging sapi. Gadis-gadis ada yang pantang makan pisang ambon dan buah nenas, laki-laki ada yang pantang makan terong karena menurut kepercayaan itu akan menurunkan potensi seksualnya.
Cara-cara menghidangkan makanan juga merupakan faktor yang tidak diabaikan. Bila seorang istri menyajikan hidangan yang ”monoton” maka suasana rumah tangga niscaya akan menjadi kurang riang gembira. Jelas bahwa bagi manusia, makanan merupakan arti yang luas. Makin luas lingkungan hidupnya makin bertambah pula faktor-faktor yang mempengaruhi soal makanannya.
Pendidikan gizi sangat perlu untuk mencegah dan melawan kebiasaan-kebaisaan yang merugikan dan untuk membina kebiasaan makan yang sehat. Dalam keadaan yang serba kekurangan, pendidikan gizi sangat perlu agar kita dapat memilih dan menggunakan dengan efisien. Begitu pun ketika kita dlam keadaan yang serba ada, pemahaman tentang nilai gizi pun sanagat diperlukan, jangan sampaikita telah larut dalam nafsu makan sehingga yang terjadi bukannya kita kenyang tetapi tenyata kekenyangan itu telah berubah menjadi penyakit.
Peta kesehatan di indonesia menunjukkan bahwa gangguan nutrisi masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Zat-zat gizi yang tidak cukup bisa disebabkan oleh setiap faktor yang berakibat pad konsumsi makanan yang kurang/tidak memuaskan, distribusi makanan dalam keluarga, pola makanan, bahan makanan, ekplosi penduduk. Di negara-negara sedang berkembang faktor-faktor utama yaitu kemiskinan (poverty) dan ketidaktahuan, buta gizi, dan sebagainya.
dijamin jitu.........................
jalan pintas
Minggu, 02 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
- Oktober 2009 (1)
- Agustus 2009 (17)
- Juli 2009 (22)
- Mei 2009 (30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar